KematianTeks T u h a n padaRuang Penafsiran.
KematianTeks T u h a n padaRuang Penafsiran.
Ketika membaca ide baru beberapa orang yang mulai resah dan berusaha menuangkan keusil kecil pada sebuah penafsiran teks, dengan wajah bersifat kekinian namunmendapatbanyakpenolakan,darisitulahmunculkegelisahanku.Untuk mencoba tuangkandalamsebuahtulisanrefleksikecil, yang
sama-samamerasaresah,denganmembatasisebuahjudul “KematianTeksTuhan Pada Ruang Penafsiran”
kekinian.
Sadaratautidak,
sebenarnya Kita sedangterkurungdanterjebakdibalikJerujibayang-bayangPenafsiranKlasik,
seakanberatdantakbisalepasdarigenggaman,apa yang telahdipetuahkanoleh para MufassirMutaqodimin.Terpaku,
patekbahkansaklek, mengaminipendapatdariusahaijtihadmerekapadasaatlalutanpa‘’koreksi”,
dankinidiagung-agungkansebagai yang paling finaldalammuatankebenaran.DisiniterjadipensakralanteksTafsir,
karenapenokohantersentralkan.
Menghadirkanruangbarudianggapbid’ah,
dzholalah, bahkansepertilayaknyaseseorang yang takpunyaetikadenganmempermudah
agama, yang selalumengotak-atikteks demi kepentingankelompoknya (Madzhab).
Padahalkalauditilikatauditinjauulangpun, patutdicurigaibahwapara mufassirdulutaklepasdarihal-haltersebut.
Inisepertimenjadibataslubangjurangakhirkehidupanumatmanusia,
dalammenikmatihidanganteks yang mandeg.
Serasakitaharusmempersiapkanliang-liangpekuburanpemikiranbaru yang
datangkemudian. Qaul para JumhurdanMujtahidtidakbolehlagidibantahkan, seakansudahkesepakatan finalitulahdoktrin
yang secaratidaksengajaditanamdalambenakkita. Padahalsebenarnya, mereka pun
berupayauntukmenjadikantafsir-tafsirituSalih
li kullizamanwalmakan, ketikaitu.SedangMasalah-masalah yang datangkemudianpunsemakinkompleks,
karenasegigeografisdanperubahanmasa.Inilah yang perlupemecahan,
mautakmaumestiadapenafsiranulang.
Memangtidakdipungkiri,
pendapat-pendapattersebuttelahmengisiruangdimensi yang
menghabisipertanyaan-pertanyaanmasyarakat tempo itu, yang
kemudiandapatmemecahkansolusiselamabeberapa decade. Namunperludisadaritakselamanyapendapatitubenarpadasetiapmasanyauntukmengeluarkanpermasalahan-permasalahan
yang adasaatini.Tatkalapendapattersebutdipaksakanpadaruangdimensiyangbeda,
makatidakakanpernahmenyelesaikansolusi.Sebabilmuituteruslahberkembang,
jikalaukitafidakmengikutinya, besarkemungkinanteksakanditinggalkanolehumatnyasendiri.Dikarenakan
para mufassirmudaterbunuhdulu raga maupunjiwanya,dalambelenggupemikirannya paramufassirlampau,
yangmenguasairuangkapitaliskeulamaan
yang dianggapsholihtanparuangselacacadsamasekali.
Melupakanbahwamerekaadalahmanusiajuga, yang mungkinjugataklepasdarikesalahan.
Kejenuhan
orang-orangmudatentanghaltersebut, sepertihalnya Mahmud ThahamelaluiteoriNasikh al Mansukh yang dibalik,
FajrurrahmanmelaluiteoriDoubelMovmentsosio-historisnyamemadukandenganrealitasaatini,
Syahrurmelaluiteorilimitnya yang
membatasiantarayatmuhkamatdengankebiasaan yang adadan yang lainnya.
IalahinginmenjadikanTeksituShalihlikulliZamanwamakan,
tanpamenisbikanpendapatulamaterdahulu, hanyasekedarmeninjauulangapa yang
telahdilakukanpendahuludenganmembumikantekspadakebutuhanlingkungan yang
semestinya.Merekainilah para pejuangpemikirbaru yang secaragentlemenyumbangkanpemikirannya,walauselalu di
sumbingkanmelaluihujatan-hujatan para mu’alim
yang terlena.
Takselamanyakitamenjadirekamankaset
yang selaludisetelberulang-ulangpadapemahaman yang sama,
karenaituhanyasebagiankecilatausatutitiksajadarikebenaran yang terurai,
danbelumtentu di lain titikmenjadikebenaran yang sama.Sudahsaatnyakitaberanikeluardarikungkungantradisidanideologi
yang menghegemoni, karenadisituterlaludipengaruhioleh bias-bias
ideologidankondisisosio-politikmufassir-nya.
Dari situ mulaiadakecurigaansaya,bahwapenafsiran yang
adapada era formatifdanafirmatif[1],
seringdipelajarihinggakini,mempunyaiketerbatasan yang dipaksakan.
Banyaknilaikemanusiaan yang digadaikan, demi ekspansiperluasanwilayahislam,
politisasiterhadaptekssebagai“alatperjudian”. Yang
menguatkankekuasaandianggapdalilmutlakTuhan yang paten.Jadiperluruangkritikpadaapa
yang telahdibaca, karenaakanmemunculkanpemahamanbaru yang lebihberkembang,
sebabteksitutelahmenjadimiliksipembacadanterkadangtakkansamaapa yang di
inginkanpenulis.
Oleh
Ahmad Tantowi
FakultasUshuluddin,
JurusanAkhlaqdanTasawuf
Semester
IV (empat)
[1].diambildariperspektif the history of ideanyaIgnazGoldziher, daribukudisertasinya Dr. Abdul Mustaqim
[1].diambildariperspektif the history of ideanyaIgnazGoldziher, daribukudisertasinya Dr. Abdul Mustaqim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar