Bem ISIF

Bem ISIF
Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Studi Islam Fahmina

cari

Senin, 05 Januari 2015

KematianTeks T u h a n padaRuang Penafsiran




KematianTeks  T u h a n padaRuang Penafsiran.



KematianTeks  T u h a n padaRuang Penafsiran.
Ketika membaca ide baru beberapa orang yang mulai resah dan berusaha menuangkan keusil kecil pada sebuah penafsiran teks, dengan wajah bersifat kekinian namunmendapatbanyakpenolakan,darisitulahmunculkegelisahanku.Untuk mencoba tuangkandalamsebuahtulisanrefleksikecil, yang sama-samamerasaresah,denganmembatasisebuahjudul “KematianTeksTuhan Pada  Ruang Penafsiran” kekinian.
Sadaratautidak, sebenarnya Kita sedangterkurungdanterjebakdibalikJerujibayang-bayangPenafsiranKlasik, seakanberatdantakbisalepasdarigenggaman,apa yang telahdipetuahkanoleh para MufassirMutaqodimin.Terpaku,
patekbahkansaklek, mengaminipendapatdariusahaijtihadmerekapadasaatlalutanpa‘’koreksi”, dankinidiagung-agungkansebagai yang paling finaldalammuatankebenaran.DisiniterjadipensakralanteksTafsir, karenapenokohantersentralkan.
Menghadirkanruangbarudianggapbid’ah, dzholalah, bahkansepertilayaknyaseseorang yang takpunyaetikadenganmempermudah agama, yang selalumengotak-atikteks demi kepentingankelompoknya (Madzhab). Padahalkalauditilikatauditinjauulangpun, patutdicurigaibahwapara mufassirdulutaklepasdarihal-haltersebut.
Inisepertimenjadibataslubangjurangakhirkehidupanumatmanusia, dalammenikmatihidanganteks yang mandeg. Serasakitaharusmempersiapkanliang-liangpekuburanpemikiranbaru yang datangkemudian. Qaul para JumhurdanMujtahidtidakbolehlagidibantahkan, seakansudahkesepakatan finalitulahdoktrin yang secaratidaksengajaditanamdalambenakkita. Padahalsebenarnya, mereka pun berupayauntukmenjadikantafsir-tafsirituSalih li kullizamanwalmakan, ketikaitu.SedangMasalah-masalah yang datangkemudianpunsemakinkompleks, karenasegigeografisdanperubahanmasa.Inilah yang perlupemecahan, mautakmaumestiadapenafsiranulang.
Memangtidakdipungkiri, pendapat-pendapattersebuttelahmengisiruangdimensi yang menghabisipertanyaan-pertanyaanmasyarakat tempo itu, yang kemudiandapatmemecahkansolusiselamabeberapa decade. Namunperludisadaritakselamanyapendapatitubenarpadasetiapmasanyauntukmengeluarkanpermasalahan-permasalahan yang adasaatini.Tatkalapendapattersebutdipaksakanpadaruangdimensiyangbeda, makatidakakanpernahmenyelesaikansolusi.Sebabilmuituteruslahberkembang, jikalaukitafidakmengikutinya, besarkemungkinanteksakanditinggalkanolehumatnyasendiri.Dikarenakan para mufassirmudaterbunuhdulu raga maupunjiwanya,dalambelenggupemikirannya paramufassirlampau, yangmenguasairuangkapitaliskeulamaan yang dianggapsholihtanparuangselacacadsamasekali. Melupakanbahwamerekaadalahmanusiajuga, yang mungkinjugataklepasdarikesalahan.
Kejenuhan orang-orangmudatentanghaltersebut, sepertihalnya Mahmud ThahamelaluiteoriNasikh al Mansukh yang dibalik, FajrurrahmanmelaluiteoriDoubelMovmentsosio-historisnyamemadukandenganrealitasaatini, Syahrurmelaluiteorilimitnya yang membatasiantarayatmuhkamatdengankebiasaan yang adadan yang lainnya. IalahinginmenjadikanTeksituShalihlikulliZamanwamakan, tanpamenisbikanpendapatulamaterdahulu, hanyasekedarmeninjauulangapa yang telahdilakukanpendahuludenganmembumikantekspadakebutuhanlingkungan yang semestinya.Merekainilah para pejuangpemikirbaru yang secaragentlemenyumbangkanpemikirannya,walauselalu di sumbingkanmelaluihujatan-hujatan para mu’alim yang terlena.
Takselamanyakitamenjadirekamankaset yang selaludisetelberulang-ulangpadapemahaman yang sama, karenaituhanyasebagiankecilatausatutitiksajadarikebenaran yang terurai, danbelumtentu di lain titikmenjadikebenaran yang sama.Sudahsaatnyakitaberanikeluardarikungkungantradisidanideologi yang menghegemoni, karenadisituterlaludipengaruhioleh bias-bias ideologidankondisisosio-politikmufassir-nya.
Dari situ mulaiadakecurigaansaya,bahwapenafsiran yang adapada era formatifdanafirmatif[1], seringdipelajarihinggakini,mempunyaiketerbatasan yang dipaksakan. Banyaknilaikemanusiaan yang digadaikan, demi ekspansiperluasanwilayahislam, politisasiterhadaptekssebagai“alatperjudian”. Yang menguatkankekuasaandianggapdalilmutlakTuhan yang paten.Jadiperluruangkritikpadaapa yang telahdibaca, karenaakanmemunculkanpemahamanbaru yang lebihberkembang, sebabteksitutelahmenjadimiliksipembacadanterkadangtakkansamaapa yang di inginkanpenulis.


Oleh Ahmad Tantowi
FakultasUshuluddin, JurusanAkhlaqdanTasawuf
Semester IV (empat)



[1].diambildariperspektif the history of ideanyaIgnazGoldziher, daribukudisertasinya Dr. Abdul Mustaqim



[1].diambildariperspektif the history of ideanyaIgnazGoldziher, daribukudisertasinya Dr. Abdul Mustaqim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate