Bem ISIF

Bem ISIF
Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Studi Islam Fahmina

cari

Rabu, 31 Desember 2014

Akses Sumber Digital untuk Penelitian ( Rosa Widyawan)




Akses Sumber Digital untuk Penelitian
Rosa Widyawan
Pustakawan  PDII-LIPI
Jl. Gatot Subroto 10, Jakarta Selatan
                                                                            Telefon: 021 5733465
Faksimil: 021 5733457


Abstrak
Makalah ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pembaca pada sumber-sumber informasi digital untuk penelitian. Sumber informasi digital menjadi sangat penting mengingat sejak munculnya Web. 2.0 atau Library 2.0 yang mengutamakan interaktivitas, maka pemanfaatan sumber digital menjadi lebih mudah dan efaktif. Penulis mememperkenalkan beberapa sarana akses seperti indeks, pathfinder, mesin pencari dan sumber informasi digital seperti jurnal elektronik untuk para peneliti bidang sosial.
Makalah mencakup siklus sumber informasi, sarana mengakses sumber digital, dan mengevaluasi sumber-sumber yang didapatkan dalam rangkaian langkah penelitian bidang sosial dan humaniora, dan menumbuhkan diskusi tentang kemunculan sumber digital dan interaktivitas, sehingga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan penelitiansecara efektif.

Kata kunci: information retrieval/ reference collections/ scholarly journals/ information cycles/ digital collections/ linguistics/

I. Pendahuluan
Dalam tradisi keilmuan, orang selalu menyebutkan sumber ketika peminjam pendapat atau gagasan orang lain untuk memperkuat argumen yang dituliskannya, baik untuk menyetujui maupun membantah. Amalan ini selalu kita lakukan ketika kita meneliti. Tindakan ini bukan sekadar memenuhi persyaratan gaya selingkung disiplin ilmu, melainkan ungkapan kejujuran sekaligus penghargaan terhadap jerih payah peneliti yang telah mengilhami kita. Selain itu, dengan menyebutkan sebuah sumber yang relevan akan menambahkan kredibilitas dan integritas  kita sebagai peneliti. Memperoleh informasi saat ini lebih mudah dibanding dasa warsa yang lalu karena informasi ilmiah  baik tercetak maupun digital melimpah mengepung kehidupan akademis dari berbagai arah.
Penyebarannyapun semakin meluas, cepat, dan interaktif. Setelah munculnya Web 2.0 tahun 2009 para penulis seperti Aharoni (2009), Dong Mei (2009)  Cheng (2009) Alton dan Dion (2010), Click dan Petit (2010) menggolongkan aplikasi Web 2.0 di perpustakaan kedalam empat pekerjaan yakni  pertama, Blog dan Wikis bisa digunakan untuk  kepentingan pengadaan informasi dalam arti mengumpulkan sumber informasi dari luar perpustakaan. Kedua, Really Simple Syndication (RSS)[1]  dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dari pihak perpustakaan ke pemustaka. Ketiga, pelayanan social tagging (penandaan sosial)[2] dimanfaatkan untuk mengelola informasi dengan memanfaatkan kata kunci atau representasi kandungan informaci untuk memudahkan temu ulang selanjutnya. Keempat, instan massaging (pesan cepat)[3] dan social networking (jaringan sosial) seperti twitter dan  facebook dimanfaatkan untuk memperlancar arus. Informasi ini bukan berupa teks saja melainkan juga audiovisual, sehingga kita dapat menyimak diskusi atau presentasi ilmiah melalui media inteaktif YouTube  dari tokoh penulis Dischooling Society, (http://www.youtube.com/watch?v=d8q0bfGEx70&feature=related). Semoga saja dalam era kemakmuran informasi kita akan lebih mampu membuahkan karya yang memperkaya khasanah keilmuan.

IV. Siklus informasi 

Dalam mencari informasi sebaiknya  kita mengetahui siklus informasi karya yang kita sitir agar kita yakin gagasan yang kita pinjam itu diandalkan dan teruji. Siklus informasi di sini adalah tahapan proses penyebaran informasi yang terdiri dari siklus akses, yakni tahapan dimana kita dapat mengakses informasi. Informasi jika masih dalam bentuk gagasan, tentu saja tidak bisa kita akses secara langsung, karena masih dalam pikiran seseorang. Kecuali jika informasi itu sudah didiskusikan. Kedua adalah siklus penerbitan, ketika gagasan itu sudah ditulis oleh si empunya. Ketiga, adalah siklus pentetahuan, dimana gagasan itu dikembangkan, dibuktikan secara empiris, kemudian dilaporkan, sampai gagasan itu diformalisasikan. Terakhir adalah siklus waktu, yakni kurun yang diperlukan dari tahapan satu ke tahapan lainnya. Misalnya dari tahap gagasan sampai ke tahap penelitian awal biasanya memelukan waktu sekitar satu tahun. Dari penelitian awal sampai pelaporan awal sekitar 1-2 tahun, demikian selanjutnya.
Dengan memahami siklus informasi ini kita bisa merencanakan penelusuran dan menyusun langkah-langkah antisipasi, sebab kita akan bisa memperkirakan informasi mana yang bisa diakses dengan mudah, atau memerlukan upaya-upaya ekstra  untuk  mengaksesnya.  Rasanya sulit jika kita mengakses catatan harian (log book) seorang peneliti karena datanya belum diolah menjadi informasi. Akan tetapi jika catatan harian itu sudah dibicarakan dalam diskusi terbatas dalam seminar[4]  atau diterbitkan di situs pribadi atau blog, maka baru bisa diakses dan inipun sangat terbatas, karena hanya mereka yang mendaftar yang bisa mengakesnya. Akses akan menjadi lebih luas, ketika peneliti menerbitkannya dalam bentuk pre print[5],  (lihat http://www.culturemachine.net/index.php/cm/index ) Penerbitan ini adalah penerbitan sebuah makalah sebelum diterbitkan ke mitra bestaru atau jurnal. Tujuannya antara lain untuk mendapatkan masukan dari sejawat. Ada pula makalah atau proposal penelitian yang diterbitkan pada pangkalan data pre-print sehingga dapat diakses oleh Seminari maya[6] (invisible colleges), yang memberikan masukan berkenaan dengan makalah yang ditulisnya.
Jika makalah-makalah yang telah disampaikan dalam proceeding konferensi, kita bisa mengakses melalui indeks khusus proceeding baik yang tercetak maupun dalam bentuk digital. Di Indonesia PDII-LIPI dan perpustakaan khusus lainnya  menerbitkan serial Indeks Makalah, Sementara banyak perguruan tinggi menerbitkan indeks serupa. Biasanya indeks seperti ini dibatasi oleh ruang lingkup subjek dan geografis. Namun demikian, informasi terkait akan lebih banyak ketika diterbitkan pada web, milasnya ditautkan dengan pengarang, lembaga afiliasi, naskah penuh referensi yang disitirnya.
Ketika riset itu dilaporkan dalam bentuk laporan penelitian, laporan teknis, desertas, thesis, dapat kita akses melalui indeks thesis dan desertasi yang diterbitkan oleh hampir semua perguruan tinggi negeri Indonesia seperti Airlangga, Institute Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro. Kita perlu pula mencoba Dissertation Abstract Online http://library.dialog.com/bluesheets/html/bl0035.html yang menerima informasi dari lembaga pendidikan tinggi terakreditasi sejak 1861. Ada pula yang menelusur the UMI Dissertation Abstracts database http://www.ntlf.com/html/lib/umi/umi.htm  untuk mendapatkan disertasi dan thesis yang sesuai dengan kebutuhan kita. Dengan lebih dari 14 juta desertasi (dan dengan pertambahan 55,000 desertasi baru serta 7000 thesis per tahun  pangkalan data UMI Dissertation Abstracts  dissertations and theses merupakan sumber terpercaya untuk informasi berbagai topic ilmiah.
Tahap yang paling penting dalam proses siklus karya ilmiah adalah ketika makalah dinilai oleh mitra bestari untuk diterbitkan pada  sebuah jurnal. Para penulis seperti Harnad (1996) Hermalin (2003) dan Mc. Donnel (1994) penilaian mitra bestari itu sarana penting untuk mengendalikan kualitas, apakah makalah itu ada di jaringan, dan artikel target atau komentar. Tetapi ketika hambatan jurnal tercetak terlampau keras dan kaku, masih banyak ruang di jaringan untuk menggali kemungkinan yang lebih bebas, dan lebih kolektif dan interaktif.
Walaupun sering kali kurang memadai, koleksi artikel jurnal disimpan di perpustakaan akademis baik dalam bentuk satuan maupun bundel, biasanya dijilid menurut waktu terbit dalam satu atau dua volume (tahun). Jika dibandingkan dengan sumber informasi lain, artikel jurnal merupakan literatur  paling tepat untuk dirujuk, karena disamping tenggang waktu antara penelitian dan penerbitan sekitar 2 tahun, jauh lebih pendek dibandingkan dengan  buku ajar yang melebihi 3 tahun. Disamping itu, dari segi mutu artikel jurnal dianggap lebih handal karena telah dinilai oleh mitra bestari, sebutan untuk penilai mutu artikel yang ditunjuk redaksi atas dasar kepakaran.  
Bagan I: Siklus Informasi

kedalam sebuah anual review, atau encyclopedia aksesnya akan lebih mudah dan kita bisa melihat pada bibliografi. Bisa juga melalui panduan literatur (guide to the literature) yang  biasanya diterbitkan oleh perpustakaan akademis, atau bisa jadi ditulis oleh para dosen karena pokok bahasannya lebih spesifik.
Lebih mudah lagi kita mencarinya ketika gagasan itu dipopulerkan karena karena media yang memuatnya lebih beragam dengan khalayak pembaca yang lebih banyak dan beragam pula. Misalnya ketika gagasan realisme sosialis dan humanisme universal diperkenalkan pada dasa warsa 70-an dan post-modernisme pada 90-an, banyak majalah populer dan surat kabar memuat. Untuk mencarai gagasan yang diperkenalkan ke publik, kita bisa melihat pada  melihat indeks yang diterbitkan oleh perpustakaan seperti Expanded academic research  libraries atau   Lexis Nexis. Pangkalan data komersial ini menawarkan arsip majalah, surat kabar, dokumen legal dan sumber tercetak lainnya.


II. Alat Penelusuran

Untuk mempermudah pemustaka menelusur dan mendapatkan informasi yang dibutuhkannya para pustakawan membuat alat berupa katalog, indeks, abstrak, bibliografi, direktori baik tercetak maupun elektronik. Penggabungan antara teknologi komunikasi dan komputer mampu merobohkan tirani jarak dan waktu melalui Internet, sehingga ilmuwan sedunia bisa bersilaturahmi dan berbagi sumber informasi.

  1. Katalog
Saat ini alat penelusuran yang bernama Kartu Katalog  berukuran 3 x 5 inci semakin langka keberadaannya, dan tidak disimpan di laci katalog, melainkan di sebuah server. Kartu yang menyediakan akses pada satu koleksi perpustakaan seperti buku, video, dan CD  kebanyakan berbentuk OPAC (Online Public Access Catalog). Banyak perpustakaan perguruan tinggi menyediakan katalog jenis ini, tetapi ada pula katalog  bersama yang disediakan oleh perguruan tinggi dan pusat informasi besar seperti Worldcat yang banyak dirujuk orang. Disamping kita bisa mengatahui catatan tentang koleksi, dan dimana keberadaannya, salah satu keistimewaannya adalah memberikan cara bagaimana mesiritir koleksi dengan gaya APA (American Psycology Association) atau standar yang lain.

  1. Bibliografi

Untuk mengetahui isi sebuah artikel jurnal, makalah, proposal riset atau karya tulis ilmiah lainnya, pustakawan menyusun kumpulan abstrak, sekaligus indeks yang menunjukkan lokasi informasi yang dicari, yakni merujuk pada jurnal, prosiding konferensi, atau koleksi perpustakaan lain yang memuat informasi yang kita perlukan.

  1. Indeks (Indecies)
Sacara harafiah, indeks itu telunjuk, oleh karena itu merujuk pada analisis kandungan “bibliografi  yang benar-benar tersedia” misalnya artikel pada jurnal, cerpen atau puisi dalam antologi, atau makalah dalam konferensi. Alat ini tidak terbatas untuk mencarai apa yang tersedia di perpustakaan, dan tidak selalu menyebutkan lokasi, melainkan memberikan,  bagian dari catatan  yang mewakili, karya yang lebih besar dimana karya yang lebih kecil. Oleh karena itu setelah melihat indeks kita harus melihat ke katalog untuk mencarinya.
Banyak  Indeks dan Abstrak untuk kajian bahasa dan budaya antara lain Indeks Majalah Ilmiah Indonesia (Indonesia Index of Learned Periodicals), terbitan PDII-LIPI. Terbitan yang berumur hampir setengah abad ini mengembangkan sayapnya dengan tambahan produk baru berupa pangkalan data naskah utuh (full text) yakni ISJD (Indonesia Scientific Journal Database) suatu bentuk pangkalan data yang lebih bermanfaat karena mempunyai fungsi lebih dibanding dengan versi cetak.
            Tidak jarang peneliti mengunduh informasi berbasis Web yang menyesatkan, padahal setiap mereka punya kewenanguan mempelajari informasi elektronik yang mereka terima. Mungkin saking cepat dan banyaknya informasi yang mereka dapatkan, beberapa terlewat. Akibatnya sebagian temuan itu tidak dapat dipercaya. Padahal secara sekilas bisa dilihat dari lembaga penerbit, afiliasi pengarang, taut artikel dengan bahan rujukan, atau kontak telfon, surat keong maupun surat elektronik.
  1. Finding Aids
Finding aids adalah sebuah alat bantu mencari merupakan deskripsi koleksi arsip, kadang-kadang alat ini disebut inventaris. Pusat Arsip seperti Arsip Nasional RI selalu memelihara dengan cermat koleksi bahan arsip dari koleksi pribadi maupun lembaga secara kesatuan. Sementara itu finding aids sendiri sering dikatalog, yakni catatan pengganti dari katalog lembaga dibuat menggambarkan finding aid dan menyediakan nama, judul dan akses subjeknya.
  1. Registers
Register merupakan alat pengendali utama koleksi museum. Register juga disebut catatan pengadaan (accession log). Fungsinya mirip katalog, namun ada beberapa tambahan. Proses registrasi di museum sama dengan cara mengkatalog di perpustakaan, Selama proses, pencacatan akan menidentifikasi objek, donor, dan asosiasi misalnya milik seseorang, informasi yang diperlukan untuk tujuan asuransi, dsb. Nomor identifikasi dibubuhkan. Catatan pengadaan ini menjadi dasar untuk pengelolaan ini museum.

  1. Pangkalan data
Pangkalan data dimasukkan di sini bukan karena dia alat penelusuran, tetapi terdiri dari struktur yang digunakan alat penelusuran. Pangkalan data merupakan sejumlah rekod yang dusun dengan cara yang sama dan dihubungkan oleh taut keterkaitan (relationship) antara satu rekord dengan yang lain. Pangkalan data bisa berisi data faktual, atau naskah dari berbagai subjek. Pangkalan data yang dibuat untuk sarana penelusuran, terdiri dari rekor. Semua alat penelusuran yang dibicarakan disini semua bisa disimpan dalam pangkalan data elektronik, walaupun bibliografi dan finding aids tampaknya ditampilkan sebagai teks.

  1. Mesin Pencari
Mesin pencari di web dirancang untuk mencari informasi di World Wide Web. Hasil penelusuran selalu disajikan dalam daftar temuan dan disebut hits/. Informasi ini berisi laman, gambar, informasi dan jenis file lain. Beberapa mesin pencari juga menggali data yang tersedia di pangkalan data atau direktori terbuka. Berbeda dengan direktori web yang dikelola oleh penyunting manusia, mesin pencari bekerja secara algoritmis atau gabungan antara algorimik dengan masukan manusia.
Apakah ini merupakan suatu kemewahan, jika hampir tiga bulan sekali muncul mesin pencari baru, atau setidaknya yang lama memberikan fasilitas baru. Infoseek, Lycos, Webcrawler, AltaVista, Vivisimo, dan deretan panjang lainnya, tak kunjung usai.

III. Sumber Sains Sosial dan Humaniora
Sain Sosial lebih lambat dalam mengikuti format elektronik. Para Ilmuwan Sosial dan humaniora menggunakan artikel jurnal dan menggunakan sitiran dari artikel jurnal untuk mengembangkan penelitiannya yang dapat meniti naskah sejarah sampai literatur terkini. Mereka sering tidak mengandalkan pada sarana bibliografis tradisional. Namun demikian, ketika sumber informasi elektronik sains sosial meningkat, meninatn mereka pun meningkat.
            Banyak informasi sains politik tersedia dalam bentuk CD-ROM juga di Web. Facts On File World News, ada pada CD-ROM, memuat semua informasi diterbitkan dalam Fact on File dari 1980 sampai sekarang. Terbitan ini setiap kuartal diperbarui, penelusuran dapat dilakukan dengan menggunakan kata kunci atau subjek dan tertaut pada berbagai aspek dari artikel. CQ.Com on Congress (Congressional Quarterly) menerbitkan CQ Weekly dan Daily Monitor, dari terbitan inilah pemustaka dapat memperoleh informasi dan analisis tentang semua aspek dari Kongress.
            Akses terhadap surat kabar berkembang pesat.  Banyak perpustakaan hanya mampu melanggan beberapa surat kabar saja. Hampir semua surat kabar ibu kota seperti Bisnis Indonesia, Jurnal Indonesia, Kompas, Koran Tempo, Republika,  Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Juga kantor berita seperti Antara, Reuter dapat diakses melalui Internet. Berapa diantaranya dapat diakses secara gratis dan beberapa harus mendaftar terlebih dahulu.
            Beberapa perusahaan penyedia indeks menyediakan indeks bisnis seperti Bell & Howell meluncurkan ABI Informs, IAC dengan General Business File ASAP, dan EBSCO dengan Business Source Elite. Banyak direktori bisnis tersedia dalam CD-ROM maupun Web.
            Sumber-sumber yang bisa dikatakan lebih maju anntara lain adalah Contemporary Women’s Issue adalah CD-ROM dengan naskah lengkap yang mengindek jurnal dan literatur lain seperti.       JSTOR (Singkatan dari Journal Storage) merupakan system online untuk mengarsipkan jurnal ilmiah, didirikan pada 1995. Pangkalan data ini memberikan jasa penelusuran naskah penuh hasil digitasi terbitan lampau dari beberapa ratus jurnal terkenal, sejak 1665 yang didapatkan dari Philosophical Transactions of the Royal Society.  Bidang kajian yang ditawarkan antara lain ekonomi, sejarah, sosiologi dan yang lain. Anggota JSTOR sampai saat ini mencapai sekitar 7000 lembagai di 159 negara.
Manuskrip dan Buku sebagai objek objek fisik yang terkait dengan kandungan intelektual merupakan sumber kajian para ilmuwan humaniora. Jika bidang ini masih mengandalkan monograf daripada jurnal ilmiah, maka tidak mengherankan jika kita lebih banyak buku atau manuskrip didigitasikan dari pada artikel jurnal. Mereka yang bekerja di bidang humaniora bekerja dengan berbagai bahan termasuk tinjauan buku, katalog penerbit, dan banyak melihat-lihat, mengamati dan membuat catatan kaki, serta berkonsultasi dengan sejawat mereka.
Kamus dalam beberapa disiplin ilmu bidang humaniora cenderung memberikan definisi kurang pasti dibanding Sains atau Sains Sosial, oleh karena itu menjadi lebih sulit untuk menggunakan pemilihan istilah indeks tradisional dalam penelusuran bibliografis, Juga banyak mengandalkan istilah atau nama diri. Para ilmuwan humaniora memerlukan indeks yang dilengkapi dengan kamus dan kemampuan untuk menelusur melalui genre, periodisasi susastra, lokasi dan teknik. Oleh karena itu hypertext merupakan potensi yang cocok untuk humaniora dengan mentautkan pada peristilahan ikon, gambar, suara, dengan dokumen yang terkait. Contohnya adalah the Perseus Project, proyek perpustakaan digital Universitas Tufts yang meyusun koleksi digital sumber-sumber humaniora.
Minat para ilmuwan humaniora antara lain file naskah elektronik, katalog perpustakaan dengan sumber bahan primer, jurnal elektronik, pangkalan data naskah utuh, situs web dengan artis dan penulis tertentu, dan naskah utuh tentang literatur sekunder seperti kritik susastra.
Project Gutenberg (PG) adalah upaya sukarela untuk mendigitasikan arsip karya dudaya untuk mendorong kreasi dan distribusi Buku elektronik. Proyek ini merupakan perpustakaan digital tertua yang didirikan pada 1971 oleh Michael S Hart. Kebanyakan materi yang dimuat adalah buku-buku bebas (public domain books). Proyek ini menyediakan koleks digitalnya secara gratis. Pada bulan Juni 2011, koleksi proyek ini mencapai lebih dari 36 000 koleksi.
Terdapat pula Oxford Text Archive (OTA) yakni arsip naskah elektronik dan sumber kesusastraan dan bahasa yang dibuat, dikoleksi dan didistribusikan untuk penelitian linguistik dan kesusastraan. OTA didirikan oleh Lou Burnard  dari Oxford University Computing Services pada tahun 1976, dan dianggap sebagai arsip paling lama sumber naskah akademis dalam bentuk elektronik. Dari tahun 1996 sampai  tahun 2008, the OTA adalah satu diantara pusat Arts and Humanities Data Service (AHDS) Literature, Languages and Linguistics, sebuah pusat nasional untuik mendukung riset digital dalam bidang kesusastraan dan linguistik di Inggris
Indeks subjek untuk buku dan artikel tentang kesusastraan, folklore, dan linguistik tersedia di MLA International Bibliography. Ruang lingkup termasuk kesusastraan seluruh dunia, Africa, Asia, Australia, Eropa, and  Amerika Selatan dan Utara. Folklore diwakili dengan sastra rakyatm musik, seni rupa, upacara, dan system kepercayaan. Materi linguistics dan bahasa  mencakup sejarah dan teori linguistik, lingguistik bandingan, semantic, stylistic, dan sintaksis sampai terjemahan. Topik lain termasuk teori dan kritik kesusastraan, seni drama (Radio, film, televisi dan teater) dan sejarah percetakan dan penerbitan. Akan tetapi karya susastra Yunani dan Romawi klasik, Injil atau Alqur’an tidak dimasukkan kecuali jika terkait dengan topic kesusastraan atau bahasa dalam ruanglingkup bibliografi. Karya tentang pengajaran bahasa, kesusastraan, dan retorika serta komposisi untuk tingkat perguruan tinggi dimasuikkan.  Semua itu disusun oleh staf MLA Office of Bibliographic Information Services bekerjasama dengan 100 bibliografer di Amerika Serikat. Ini semua tersaji  secara online, dan dalam setahun telah rata-rata mereka mengindeks 66.000 buku dan artikel.
Menemukan sumber informasi yang terkait dengan topik bagi peminat bahasa dan kajian budaya adalah di Perkpustakaan Akademis/Fakultas di bidang ini, karena perpustakaan semacam ini mengadakan, dan mengolah sumber-sumber terkait dengan bidang kajian lembaga induknya, yakni Fakultas. Sumber informasi mereka dapat kita kategorikan menjadi dua berdasarkan sifat pelayanannya. Pertama adalah sumber yang dibaca ditempat, atau  koleksi referensi. Literatur semacam ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar untuk mengembangkan kajian. Kebanyakan orang hanya membaca sekilas untuk melihat batang tubuh suatu subjek. Sumber kedua adalah sumber-sumber yang dapat dipinjamkan pada pemustaka untuk jangka waktu tertentu atau koleksi yang disirkulasikan. Tentu saja jangka waktu peminjaman berdasarkan kebijakan yang diputuskan oleh perpustakaan.  Namun demikian, pada umumnya jenis-jenis sumber-sumber informasi yang sering digunakan antara lain sebagai berikut:

  1. Almanak
Almanak terdiri dari informasi faktual singkat tentang berbagai macam subjek dan diterbitkan tahunan. Informasi yang khas adalah statistic, kejadian-kejadian bersejarah, cuaca, fakta geografis, anugrah, tokoh, astronomi, fakta-fakta ekonomi, dan laim sebagainya. Almanak sering mensitir sumber-sumber yang telah digunakan, yang mengarah pada sumber-sumber spesifik Jika kita tidak bisa dapatkan Almanak tercetak, kita bisa melihat almanak elektronik

  1. Encyclopedia
Ensiklopedia itu sejumlah buku yang berisi informasi berbagai topik. Entrinya lebih panjang daripada  almanak, direktori, atau kamus. Entri atau artikel ensiklopedia disusun secara alfabetis. Ensiklopedia umumnya terdiri dari beberapa volume dangan volume indeks untuk membantu mencari informasi.
Sampai saat ini, karya ensiklopedia yang dianggap standar adalah Encyclopedia Britanica. Ensiklopedia menurut topic sekarang menjadi semakin popule, dan mencakup berbagai macam topik seperti  Bahasa dan Kesusastraan , atau yang lebih spesifik lagi Sejarah militer. Uniknya artikel encyclopedia elektronik ini dirujuk oleh pelayanan referensi seperti  infoplease.  Misalnya terminology acculturation diambil dari  The Columbia Electronic Encyclopedia, 6th. Disamping itu, pelayanan referensi ini juga menyediakan taut pada pengucapan dan transkripsi. Untuk menggali lebih dalam makna akulturasi pelayanan ini juga mentautkan dengan artikel-artikel yang berhubungan dengan akulturasi.

  1. Berkala
Terbitan berkala adalah terbitan yang sedang berlangsung dan diterbitkan secara berkala seperti suratkabar, majalah atau jurnal. Terbitan jenis ini juga disebut serial. Majalah sering terdiri dari informasi populer mempunyai banyak iklan dan ditulis oleh wartawan atau staf majalah itu. Lain halnya dengan jurnal seringkali berupa publikasi ilmiah dengan artikel yang lebih panjang dan ditulis oleh professional dalam bidangnya dan lebih berorientasi pada riset dibandingkan dengan majalah.
Jurnal Ilmiah itu gampang ditengarai, bentuknya sederhana tanpa warna warni. Kebanyakan miskin advertensi, sebab pembacanya sangat terseleksi yakni ilmuwan  seprofesi. Artikel ditulis oleh pengarang spesialis keilmuan, pantang memakai nama samaran, dan selalu mencantumkan organisasi tempat mereka berafiliasi. Maksudnya agar mudah dihubungi pembaca melalui telfon maupun surat keong dan elektronik. Artikelnya cenderung panjang, kaya jargon, kadang pakai kata kata latin, tabel, diagram, dan pasti disertai catatan kaki, referensi atau bibliografi. Ciri yang sangat khusus adalah bahwa jurnal ilmiah diterbitkan oleh Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, atau Organisasi Profesi. Kunci jurnal ilmiah saat ini terpusat pada mitra bestari,  berdasarkan riset, menjadi objek konvensi disiplin. Diharapkan agar riset mempunyai kandungan orisinal, menambah basis ilmu pengetahuan.dan diterbitakan  bagi komunitas ilmuwan yang bekerja pada bidang kajian tersebut. Dengan demikian, jurnal ilmiah akan menyajikan hasil penelitian penting, sehingga  memperkaya pengetahuan yang memicu penelitian selanjutnya.


  1. Direktori
Disamping itu banyak koleksi reference lainnya sebagai titik tolak kajian kita. Contoh direktori yang paling sering dirujuk adalah Buku Telefon. Banyak direktori yang diterbitkan orang diantaranya Directory of semiotics and semioticians dari the University of Colorado, Denver yang tercakup dalam direktori web  Teori dan Kritik Susastra  (http://www.zeroland.co.nz/literary_theory.html). Direktori semiotics ini disamping memberikan alamat para ahli semiotika, duga mentautkan karya-karya mereka dalam bentuk naskah penuh.

  1. Buku Tahunan
Dengan melihat Buku tahunan (Year books) misalnya kita bisa melihat peristiwa yang terjadi pada tahun tertentu dalam bidang bahasa dan kebudayaan. Pada umumnya  tahunan itu bersifat umum, tentang semua yang terjadi dalam satu tahun dan sering diterbitkan sebagai pelengkap ensiklopedia umum. Banyak profesi menerbitkan buku tahunan dengan informasi tentang kejadian, statistik dan tokoh yang terkait dengan profesi.

V. Menelusur dan mengevaluasi
Penelusuran informasi yang dimaksud di sini adalah metoda untuk menemukan isi dokumen, dan metadata tentang dokumen  juga berkaitan dengan pankalan data relasional dan World Wide Web. Memang ada tumpang tindih penggunaan istila penelusuran data, penelusuran dokumen, penelusuran informasi dan penelusuran naskah, namun demikan masing masing mempunyai literatur, teori, praktik dan teknologi masing-masing. Penelusuran informasi merupakan kegiatan yang interdisipliner yang berdasarkan pada ilmu komuter, matematika, ilmu perpustakaan dan informasi, arsitektur informasi, psikologi dan linguistiks.
            Sistem penelusuran otomatis digunakan untuk menemukan kembali informasi secara efektif. Banyak perpustakaan menggunakan sistem penelusuran untuk menyediakan akses pada buku, jurnal dan dokumen lain, diantaranya adalah katalog berkomputer atau OPAC (Online Public Access Catalog),  dan pangkalan data khusus. Penerapan sistem penelusuran yang sering kita gunakan adalah Mesin Pencari yang ada pada Web  dan mesin pencari seperti Google, Yahoo, atau Altavista inilah yang banyak diandalkan orang.
Memang menelusur dengan mesin pencari banyak menolong pada langkah-langkah awal. Sayangnya, sering kali kita mendapatkan temuan terlalu banyak sehingga kita memerlukan beberapa langkah agar penelusuran kita effektif.

  1. Mengevaluasi sumber dari Internet
Jika sebuah situs Web perpustakaan menyediakan taut gratis, kita perlu perlu mengevaluasi secara cermat situs yang ditaut, sama halnya menilai sebuah koleksi referensi, dan perlu sering meninjau ulang untuk memastikan apakah informasinya sudah diperbarui dan bisa diandalkan. IFLA (2008) menganjurkan untuk melihat tujuan, penulis, ruang lingkup, edisi atau revisi terakhir, dan format dipertimbangkan dalam mengevaluasi sumber Web maupun sumber tercetak. Beberapa hal bermanfaat untuk mengavaluasi situs ditawarkan oleh Librarians' Index to the Internet (http://www.lii.org)
            Walaupun banyak anggapan bahwa Internet mampu tampil sebagai sarana paling jitu untuk mencari informasi referensi cepat, ternyata tidak demikian dan banyak pertanyaan yang justru lebih cepat dicari pada buku referensi tercetak. Idealnya adalah menggunakan kedua-duanya, dan tentu saja ini memerlukan penilaian pustakawan yang bersangkutan. Memadukan  informasi tercetak dan Web merupakan ketrampilan yang penting. Jika seorang pemustaka  memerlukan informasi yang cukup mendalam tentang suatu subjek, lebih baik menggunakan sumber tercetak yang mempunyai pembahasan mendalan dibanding yang ada di Web. Karya referensi paling baik pada subjek itu mungkin tidak tersedia di Web.  Bisa jadi informasi yang ada di Web lebih terbarukan, tetapi memerlukan informasi dari koleksi tercetak untuk melengkapinya. Misalnya kita mencari biografi seorang tokoh yang masih hidup, kita perlu melihat ke Internet untuk memperoleh informasi terkini.
Untuk mengevaluasinya kita perlu mempertimbangkan tujuannya, keperngarangan, ruang lingkup sumber Web itu. Sayangnya banyak situs web yang gagal menyediakan informasi itu.Beberapa hal penting sebagai pertimbangan untuk mengevaluasi itu adalah:
  • Apakah yang tersirat dari URL? Apakah tertulis.edu, .org, or .gov, ataukan situs pribadi yang ditandai dengan ( ~).
  • Scan perimeter halaman, mencari link ke Tentang Kami (About), Latar Belakang, dll
  • Carilah update terakhir.
  • Carilah indikator kualitas, yaitu informasi yang bertanggung jawab atas isi dari halaman dan merupakan sumber didokumentasikan.
  • Apakah link yang dipilih tertata dengan baik?
  • Apa yang orang lain katakan? Lihatlah halaman dalam direktori terkemuka yang mengevaluasi isinya (misalnya Indeks Pustakawan 'ke internet).
Kandungan informasinya haruslah unik dan tidak dipunyai oleh situs lain, atau lebih lengkap. Dengan kata lain harus memberikan informasi yang signifikan pada subjek. Dalam hal ini pustakawan haruslah yakin ruang lingkup dan keterbatasan sumber itu sebelum menautnya. Beberapa situs mempunyai tujuan tertentu,  tidak sekadar memberikan informasi, bisa saja untuk memasarkan produk atau ideologi si empunya situs. Situs yang dipilih harus ditulis secara jelas dengan bahasa non teknis dan tidak rancu. Grafik, suara, dan video perlu diperbarui, namun jangan terlalu banyak karena kemungkinan akan memperlambat respon. Informasinya harus sahih dan tidak berat sebelah atau subjektif, oleh karena itu opini pribadi atau kelompok perlu diidentifikasi.Kepengarangan harus dilihat, untuk memastikan  siapa yang membuat situs itu dan apakah pengarang dapat dipercaya. Ini merupakan indikasi bahwa sebuah situs web itu dapat dipercaya.
1.      Mengevaluasi hasil temuan
Tidak jarang kita  mengunduh informasi berbasis Web yang menyesatkan, padahal kita telah mempelajari informasi elektronik yang kita dapatkan. Mungkin saking cepat dan banyaknya informasi yang kita dapatkan, beberapa terlewat. Akibatnya sebagian temuan itu tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu mereka perlu belajar mengevaluasi  sumber informasi berbasis web untuk menditeksi informasi yang salah. Jika perpustakaan tidak menyelenggarakan kelas untuk itu, para peneliti bisa melihat di situs universitas seperti Online Research Education di Universitas Purdue (http://core.lib.purdue.edu/; dan bererapa diantaranya Boswel (1996) memberikan parameter untuk mengukur apakah sebuah dokumen di Web itu laik untuk disitir atau tidak dan dan tolok ukur itu antara lain seperti dibawah ini:
a.      Kepengarangan
Pertanyaan pertama yang harus kita cari jawabannya adalah orang yang menulis artikel itu. Apakah penulis tersebut mempunyai kualifikasi dalam bidang yang  dituliskannya? Untuk itu kita bisa melihat afiliasi pengarang dan tentu saja apakah afiliasinya juga dapat dipercaya. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa kita cari jawabnya dengan menelusurinya. Kemudian kita juga bisa melihat siapa yang menerbitkan tulisan itu dan melihat reputasi penerbitnya.
b.      Kesahihan
Apakah informasi tersebut sahih yang tercermin antara lain adalah bebas salah ketik, kemudian bagaimana penggunaan sitiran dalam naskah yang kita dapatkan. Jika juga bisa melihat penasriran dan implikasi yang diajikan  cukup rasional. Apakah dalam naskah itu disajikan bukti-bukti yang mendukung kesimpulan dan sudahkan bukti-bukti itu dapat diferifikasikan dan apakah penulis mendaftar sumber, referensi dan sitiran dengan benar.

c.       Objektivitas
Untuk melihat objektivitas sebuah dokumen kita perlu melihat tujuan penulisan itu, atau apa yang diinginkan penulis untuk tujuan-tujuan subjektif atau untuk mempropagandakan produk atau pelayanan tertentu. Bisa saja tujuan itu berdampak pada penyajian  dokumen, misalnya. Menampilkan bukti-bukti yang mendukung pernyataannya saja.  Dalam sebuah artikel pembahasan yang berat sebelah itu bisa saja dituliskan secara tersirat dan ini perlu kita cermati. Bisa saja tulisan itu berupa fakta, opini, lelucon atau tulisan bernada satir, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi objektivitas sebuah karya tulis.
d.      Kemutakhiran
Sebuah artikel digolongkan mutakhir jika informasi yang dikandungnya itu terkini dan masih sakhih, jika tulisan itu berupa teori, belum ada teori baru yang menggugurkannya. Dalam mengukur kemutakhiran kita juga bisa melihat tangl terakhir situs Web itu diperbarui dan perihal yang penting dalam hal ini apakah taut yang disajikannya masih berfungsi ataukan sudah tidak ada lagi.

e.       Ruang lingkup
Ruang lingkup dokumen yang kita pilih haruslah relevan dengan topi atau tugas-tugas penulisan yang kita emban. Bisa saja  ruang lingkup dokumen tersebut relevan, akan tetapi ditujukan untuk umum, atau untuk anak. Perihal penting yang perlu dipertmbangkan adalah kelengkapan dan keunikan informasi yang disajikan.

Catatlah semua referensi yang kita dapatkan, walaupun belum tentu nanti kita gunakan. Beberapa sumber menyediakan fasilitas mengunduh yang memungkinkan kita mengekspor referensi terseleksi seperti file txt, atau pada berbagai perangkat lunak manajemen referensi. Tidak ada salahnya jika kita mencoba perangkat lunak manajemen referensi diantaranya EndNote. Catatlah dimana anda harus mendapatkan referensi itu, dan kita dapat melihatnya pada catatan dalam rekord yang ada. Jika kita memfotokpi sebuah artikel, catatlah publikasinya secara rinci,  nama jurnal, tahun dan terbitan dan dari perpustakaan mana anda mendapatnya, jika sewaktu-waktu kita membutuhkannya untuk disitir.

            Memang benar bahwa sitiran berdasarkan pada standar referensi, namun demikian peraturan format dapat berbeda menurut bidang kajian atau disiplin ini. Persyaratan khusus yang diminta oleh penerbit, dosen, lembaga atau organisasi haruslah kita penuhi.
Masalah serius yang kita hadapi adalah  ketelitian, jika kita tidak teliti dalam menuliskan referensi atau catatan kaki. Beberapa organisasi profesi menusun panduan penulisan catatan kaki atau sitiran misalnya edisi ke 5 APA (American Psychological Association). Standar sitiran banyak dianut dalam ilmu-ilmu sosial.; Chicago (Author – Date); Harvard (edisi ke 18), MLA ( Edisi ke 6) atau Turbarian (Edisi ke 6). Pada umumnya sitiran adalah rujukan pada sumber yang diterbitakan atau tidak dan tidak harus asli. Tujuan utama sitiran adalah adalah untuk mengungkapkan kejujuran intelektual.

VI. Kesimpulan
Munculnya dokumen digital dan perkembangbiakannya membuat komunikasi keilmuan kita lebih mudah dan nyaman, karena dokumen digital itu mempunyai sifat yang mudah ditransfer, digandakan, bahkan dimanipulasi, dengan kata lain mudah dipotong dan ditempel, cut and paste! Keadaan semacam ini juga menguji iman keilmuan kita untuk tidak terjerumus pada tindakan plagiarisme yang tidak terpuji itu.
Untuk menghindari plagiarisme kita harus mendokumentasikan sumber kita dengan benar dengan menggunakan, catatan kaki, referensi atau referensi dalam tanda petik dan harus menuliskan bibliograri, referensi atau halaman karya yang disitir serta menempatkannya pada akhir
Kita perlu teguh hati dan tidak tergoda untuk memita orang lain untuk menuliskan makalah atau tugas kita, atau menyerahkan makalah yang sama pada dosen atau penerbit yang berbeda.  Janganlah kita menganggap orang tidak tahu jika kita membeli essai dari Internet, karena setiap orang bisa mengaksesnya.  Kita harus menghindari mengunduh informasi dari CD-ROM atau dari Internet dan langsung  memasukkan kedalam makalah kita tanpa menyadur dan menyebutkan sumbernya. Jika tidak kita akan terjerumus ke dalam tindak penjiplakan atau plagiarisme. Beberapa penulis  seperti Martin (1994), Martin (2002) Wiradi (2002), Fanany (2002) menyatakan bahwa plagiarisme disamping melanggar kode etik organisasi keilmuan atau afiliasi kita, sehingga akan membawa konsekwensi terhadap kita. Disamping itu akan menurunkan kredibilitas kita dan tidak menutup pemungkinan akan menimbulkan konsekwensi hukum. Memang teknologi saat ini membuat kita terlalu mudah menelusur dan mendapatkan essai dan membayarnya dangan kartu kredit dan mengunduhnya. Jangan dikira bahwa dosen kita tidak mempunyai cara untuk menangkap tindak plagiat itu. Kemajuan yang dicapai saat ini adalah munculnya alat bantu berupa mesin anti plagiarisme yang mulai ada di pasaran bebas.
Selain itu, perilaku penjiplakan akan lebih mudah ketahuan karena akses terhadap informasi lebih luas. Orang menciptakan pangkalan data bibliografis bahkan teks lengkap yang bisa diakses tanpa batas geografis dan waktu. Banyak perpustakaan universitas dan lembaga penelitian mendokumentasikan disertasi dan thesis S2 dan menyebarkan informasi tersebut ke perpustakaan perpustakaan lain sehubungan dengan pemanfaatan koleksi bersama. Dengan demikian, perilaku plagiarisme lebih mudah terditeksi.
Munculnya Internet dan World Wide Web sebagai sumber informasi, wahana penerbitan, dan forum dialog menyerupai suasana perpustakaan dalam dunia nyata informasi tercetak. Dilihat dari dimensi teknologi, Internet mirip teknologi yang ada dalam dunia nyata perpustakaan. Rasanya kita saat ini ada dalam dua dunia: sebelah kaki masih berada (barangkali akan selalu) dalam dunia teknologi pencarian kembali informasi dengan kartu katalog, walaupun kaki sebelahnya sudah menginjak informasi digital dengan mesin pencari yang bisa mengantar kita ke belahan bumi lain hanya dengan menuliskan sepatah-dua patah kata.
Dengan bekal kompetensi penelusuran informasi akan menyusun dengan efektif  proposal untuk hibah  penelitian atau beasiswa,  penyusunan karya ilmiah, thesis, desertasi, atau artikel jurnal. Dalam penelitian lapangan, kemampuan penelusurn bermanfaat terutama untuk mengenal lapangan penelitian secara garis besar. Literatur dasar ini dapat dijadikan bekal untuk akses ke seorang gate keeper atau menentukan responden atau informan.
Munculnya Internet dan dokumen digital yang cepat perkembangbiakannya dan sifat dasar digital yang mudah dimanipulasi, menguji iman kita untuk menjiplak. Untuk menghindari itu kita perlu mendokumentasikan informasi yang kita sitir dengan catatan kaki, referensi atau referensi dalam tanda petik dan harus menuliskan bibliografi, referensi atau halaman karya yang disitir serta menempatkannya pada akhir.  Hal penting yang perlu kita ingat adalah dengan menyebutkan sumber
Kita perlu mengendalikan dan mendidik diri kita sendiri, mengingatkan sejawat dan mahasiswa kita jika mengetahui adanya kecurangan ilmiah, dan menaai  standar yang ditetapkan. Jika tidak, kecurangan ilmiah ini akan menyiksa diri kita. Walaupun dosen atau teman kita tidak tahu bahwa kita telah mencontek dengan sempurna,  kita tidak memperoleh pelajaran apa apa dari proses penulisan atau tugas ini. Waktu dan biaya yang kita keluarkan tidak akan membawa manfaat bagi kita.
Menelusur informasi, meneliti, menyusun laporan, dan menerbitkan temuan kita sebagai karya tulis ilmiah adalah sebuah amalan atas keimanan kita pada sebuah disiplin keilmuan yang akan tercermin pada kualitas kesarjanaan kita. Sementara untuk mengemban tugas sebagai anggota masyarakat keilmuan dalam menafsirkan gejala alam dan sosial demi kesejahteraan umat manusia harus dilandasi kejujuran dan menghargai jerih payah peneliti terdahulu.

Referensi
Click, Amanda and Petit,Joan  (2010),  Social networking and Web 2.0 in information literacy The International Information & Library Review 42, (2): 137-14
Alton Y.K. Chua and Dion  H Goh A study of Web 2.0 applications in library websites  Library & Information Science Research 32, (3): 203-211
Aharony, N.(2009) Web 2.0 use by Librarians Library & Information Science Research
31, (1): 29-37
ALA (2011) Best Free Reference Web Sites 2011. 13th Annual List RUSA Machine-Assisted Reference Section (MARS) available at http://www.procon.org/sourcefiles/rusa-best-free-reference-web-sites-2011.pdf
Best Free Reference Websites: Twelfth Annual List.  RUSA Machine-Assisted Reference Section http://www.rusq.org/2010/10/03/best-free-reference-websites-twelfth-annual-list/
Cao, Dongmei. (2009). Chinese Library 2.0: Status and Development. Chinese Librarianship: an International Electronic Journal, 27. URL: http://www.iclc.us/cliej/cl27cao.htm
Hellyer, Paul, "Reference 2.0: The Future of Shrinking Print Reference Collections Outstanding Business Reference Sources: The 2010 Selection of Recent TitlesDec 29th, 2010 by RUSQ.  BRASS Business Reference Sources Committee available at http://www.rusq.org/2010/12/29/outstanding-business-reference-sources-the-2010-selection-of-recent-titles/
IFLA  (2008) Digital Reference Guidelines Reference and Information Services Section International Federation of Library Associations and Institutions. http://archive.ifla.org/VII/s36/pubs/drg03.htm
Boswell, Wendy , How To Evaluate a Website: Is It Worthy of a Citation? By About.com Guide. http://websearch.about.com/od/referencesearch/a/evaluatesource_2.htm
Fanany, Ismet (1992) Plagiat-plagiat di MIT tragedi akademis di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung. pp. 164 termasuk lampiran.
Harnad, S. (1996) Implementing Peer Review on the Net: Scientific Quality Control in Scholarly Electronic Journals. In: Peek, R. & Newby, G. (Eds.) Scholarly Publication: The Electronic Frontier. Cambridge MA: MIT Press. Pp. 103-108.
Harnad, S. (1997) Print Journals: Fit for the Future?, Ariadne, January 1997 http://www.ariadne.ac.uk/issue7/intro.html
Hermalin, Benjamin E. (2003) Scholarly Journal Publishing in the 21st Centgury. Sylabus. http://www.syllabus.com/print.asp?ID=7440
Martin, B. (1994) Plagiarism: a misplaced emphasis, Journal of Information Ethicss, Vol. 3, No. 2, fall, pp. 36-47. http://www.uow.edu.au/arts/sts/bmartin/pubs/92prom.html
Mc. Donnel (1994) The Scholarly Journal : the Changing Nature of the Scholarly Journal. http://www.slais.ubc.ac/courses/libr500/fall1999/www_presentation/K_mcdonell/electronic1.htm 
                              


[1] RSS (Really Simple Syndication) salah satu format umpan web  digunakan untuk menerbitkan karya-karya yang sering diperbarui – misalnya entri blog, berita, audio, dan video – dalam format standar (Wikipedia).
[2] Penandaan sosial (social tagging), "proses dimana para pengguna (pemustaka) menambahkan metadata dalam bentuk kata kunci untuk berbagi konten". bookmark sosial adalah sebuah metode untuk pengguna Internet guna  mengorganisasi, menyimpan, mengelola dan mencari sumber daya bookmark online. Berbeda dengan file sharing, sumber daya sendiri tidak dibagi, hanya ditandai untuk dirujuk (Wikipedia). Lebih lanjut lihat bandingkan dengan 7 things you should know about Social Bookmarking di http://net.educause.edu/ir/library/pdf/ELI7001.pdf 
[3] Instant messaging (IM) adalah bentuk komunikasi real-time langsung berbasis teks antara dua orang atau lebih menggunakan PC atau perangkat lain.. Teks disampaikan melalui jaringan, seperti Internet. Dengan perangkat lunak yang lebih canggih pesan bisa disampaikan dalam bentuk audio visual.

[4] Seminar yang saya maksudkan disini adalah tradisi seminar kecil yang diselengarakan oleh kelompok profesi fungsional  dalam lembaga penelitian atau kelompok dosen di Fakultas.
[5] Istilah pre-print merujuk pada draft pertama artikel- sebelum dinilai mitra bestari, bahkan sebelum ada kontak dengan penerbit. Di kalangan akademisi menyerahkan pre-print meminta masukan pada sejawat untuk perbaikan  dengan penilaian mitra bestari. Manfaat lain pre-print adalah untuk artikel yang telah selesai – tetapi berbeda dari versi yang  dinilai dan diperbaiki, siap dan diterima untuk diterbitkan, tetapi terpisah dari  versi yang diformat oleh penerbit.
[6] Gagasan Seminari maya an invisible college berpengaruh pada abad ke 17 terutama di Eropa dalam bentuk jaringan kaum intelektual yang bertukar gagasan melalui Pos. Ini merupakan model alternative dari Jurnal ilmiah, yang dominant pada abad ini.Gagasan sejawat maya diteladani oleh jaringan astroners, professor, matematikawan, dan failosof pada abad ke 16 di Eropa. Ilmuwan seperti s Johannes Kepler, Georg Joachim Rheticus, John Dee dan  Tycho Brahe mengirimkan informasi dan gagasan satu sama lain . Metoda yang umum adalah melalui marginalia, catatan yang ditulis di tepi buku.
Dalam bidang Seni dan Humaniora,  bidang penyelidikan  ilmiah yang dilaksanakan secara maya adalah kajian sejarah perfilman selama puluhan tidak akademis. Salah satu komunita film, atau Masyarakat Pelestarian Musik Film diawali oleh meraka yang paham diluar akademis,  Seminari Maya mirip dengan system system kelompok, yang, namun berpengaruh dalam siklus keilmuan, teknik, maupun politik. Sampai sekarang anggota seminari maya adalah ilmuwan independent. Anggotanya adalah  ilmuwan independent. Dengan kata lain, seminari maya ini system pendidikan akar rumput.

1 komentar:

  1. SUMPAH DEMI ALLAH INI CERITA SUKSES SAYA SEWAKTU HONORER JADI PNS

    Assalamu Alaikum wr-wb, mohon maaf sebelum'nya saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS, saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi Pemerintan Manapun, saya sudah 7 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 2 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari tempat saya honor mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-2174-0123 dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk DR. HERMAN. M.SI No beliau selaku direktur aparatur sipil negara di bkn pusat Hp beliau 0853-2174-0123 siapa tau beliau masih bisa membantu anda. Wassalam....

    BalasHapus

Translate